Ku tahu kita tak saling bicara. Tapi tentunya ku masih ingat kau, sebagaimana ku tak menyangkal Mu. Biarkan aku bicara semauku, jika ini detik-detik penghabisanku. Biarkan aku kesal pada Mu didalam kepasrahanku. Sepanjang hidup kau selalu membingungkan. Kau tunjukkan keagungan dengan cara aneh Mu. Kau serta teka-teki Mu bernama takdir.
Ku teringat dengan momentum ini. Momentum yang tak dapat ku kejar. Begitu dia lewat, ia tidak lagi sebuah momentum. Ia jadi kenangan. Kenangan tak akan membawa kemana-mana. Kenangan seperti batu diantara aliran sungai. Kau harus menjadi arus bukan batu.
Percayakah kau akan surga? Neraka? Malaikat Iblis?
Ku percaya dapat mewujutkan surga, neraka, berlaku seperti malaikat, dan menjadi iblis itu sendiri...